Tuesday, November 11, 2014

[Health] Sakit Maag / Tukak Lambung

Halo Readers,

Kali ini saya kembali ingin berbagi pengalaman saya dalam bersikap dan mengurus diri-sendiri ketika sakit. Penyakit yang akan saya share di sini adalah ketika terkena sakit lambung / maag / tukak lambung. Jadi kronologinya begini...

The Cause :
Pada malam minggu beberapa waktu lalu, saya pergi ke suatu tempat makan yaitu Warung Indomie Mampus Abang Adek, di daerah Tomang - Jakarta Barat. Sebelumnya, perut saya belum terisi apa-apa dari jam 4 sore sampai jam 9 malam. Menu yang saya pesan saat itu adalah Indomie Pedes Gila Porsi 2 Bks Pakai Telor dan minum Es Kelapa Muda. Makanan dan minuman yang saya pesan, saya lahap habis mienya sampai hanya menyisakan genangan cabe. Malam itu setelah menyantap makanan tersebut, perut hanya terasa sedikit mual sampai... keesokan paginya baru merasakan sesuatu.


The Result :
Paginya, saya merasakan MUAL luar biasa dan Sakit di Ulu Hati yang kadang hilang kadang muncul secara teratur dan rasa sakitnya menjalar hingga ke punggung. Selain itu nafsu makan hilang dan makanan yang dimakan akan dimuntahkan dalam 2-3 jam ke depan. Rasa mual, sakit uluhati, dan hilang nafsu makan berketerusan hingga 1-3 hari.

The Diagnosis :
Setelah mencari tau ke sana dan ke mari, saya berkesimpulan bahwa saya terkena Maag atau Tukak Lambung. Ternyata maag tidak hanya bisa terjadi karena pola makan yang tidak teratur, tetapi juga karena asam lambung yang naik drastis sehingga kita akan merasa kembung, dan sakit uluhati.

The Cure :
Pada awalnya saya mengambil tindakan pengobatan dengan meminum ProMaag pada hari pertama, dan kurang terasa hasilnya. Akhirnya saya dianjurkan untuk meminum obat Omeprazole 20mg. Obat ini sangat efektif dan bisa didapatkan di Apotik dengan harga sangat murah! Cukup dikonsumsi 1 Kapsul x 2 dalam sehari pada waktu Pagi dan Malam (sebelum makan) dan selain itu juga minumlah Air Perasan Lemon (buah beneran bukan juice instant) untuk membantu menurunkan kadar asam lambung.

The Conclusion :
Di saat kalian menderita sakit seperti yang saya jabarkan di atas, kalian harus tetap tenang dan usahakan tetap makan sesuatu yang cair seperti : Energen (sarapan) Soto Ayam (makan siang) Bubur Ayam (makan malam) untuk asupan energi. Setelah mengunakan Omeprazole dan Jus Lemon, niscaya dalam 2 - 3 hari keadaan akan membaik dan nafsu makan/uluhati akan kembali seperti semula.

Ok, itu tips dari saya seputar penyakit Maag/Tukak Lambung yang diakibatkan oleh makanan Super Pedas. Semoga tips ini membantu kalian. Saran/masukan dan koreksi saya persilakan...




Thursday, September 11, 2014

[DIY] Inject CustomROM MIUI ke Samsung Galaxy Note 2

Halo guys,

Kali ini saya akan share pengalaman saya dalam meng-inject custom ROM MIUI ke Samsung Galaxy Note 2 (N7100) punya saya sendiri. Bosan dengan tampilan UI dari TouchWiz, saya mencoba beberapa launcher alternatif seperti APUS launcher, tapi hanya sementara. Sempat juga mencoba install launcher dgn theme MIUI seperti MiHome Launcher, tapi cuma bertahan sesaat. (baca: kurang dapat feel-nya)

FYI : MiHome Launcher.
http://en.miui.com/thread-2345-1-1.html

Sebelum kita lebih lanjut membahas cara inject, pastinya kalian punya pertanyaan : kenapa ngga install launcher aja daripada repot inject customROM? Ok, jawabannya adalah jika kita cuma menginstall launcher maka cuma segelintir fitur dan tampilan yang akan kita dapatkan, tidak seperti ketika kita meng-inject custom ROM, di mana jika kita menginject ROM maka sebagian BESAR sistem dan tampilan akan diubah sesuai dengan fitur dari ROM yang kita pakai.

Launcher
(+)Gampang di-instal sehingga cocok untuk pemula
(+)tidak mempengaruhi sistem sehingga tidak menimbulkan error ketika di-uninstall
(+)lebih sedikit bug
(-)Hanya merubah tampilan
(-)Tidak merubah sistem

CustomROM
(+)Merubah sebagian besar sistem, sehingga terasa banyak perubahan perfoma
(+)Tampilan lebih smooth 
(-)Lebih banyak bug
(-)Susah di-install

Ok, hal-hal yang perlu dilakukan sebelum menginject custom ROM :
1. Back up file-file, image, dan audio
pastikan untuk melakukan back up file dan image, biasanya lewat PC

2. Back up aplikasi
backup aplikasi dilakukan supaya kalian tidak perlu repot2 mendownload ulang aplikasi yang telah kalian instal. backup aplikasi bisa dilakukan via ES File Explorer. 

3. Back up contact & note
untuk back up contact & note, biasanya sudah saya sync ke gmail.

4. Factory Reset
reset ulang atau factory reset untuk menghapus semua file dan aplikasi sehingga HH (handheld) akan bersih seperti baru.

sebelum kita lanjut ke langkah selanjutnya, perlu saya tekankan bahwa...
cara yang saya praktikan di sini tidak menjamin 100% kompatibel dengan device kalian meskipun sama-sama berlabel Samsung Galaxy Note II (GT-N7100) jadi... DIAYOR (Do It At Your Own Risk)

Status Samsung Galaxy Note II yang saya pakai saat di-inject :
OS KitKat 4.4.2
Device bought at Malaysia
Stock ROM XSE (Indonesia)

Custom ROM MIUI yang saya pakai :
miui_Note2_4.8.8_354c9feffa_4.1.zip (652mb) - Versi 4.8.8 (MIUI 5)
http://en.miui.com/download-35.html

Download GalaxyNote2Root.zip
http://forum.xda-developers.com/showthread.php?t=2055827
ini file berisi CWM dan Root Access untuk Note2

Download Odin V3.09.
linknya... tanya mbah google *hehehe*

Step by Step:
1. Factory reset Note2 
2. Instal GalaxyNote2Root.zip via Odin (file zipnya taruh di kolom AP)
3. setelah OS kembali ke settingan awal. taruh file customROM ke memory internal HH.

4. Matikan HH.
5. Masuk ke CWM mode (tekan Home+Vol.Up+Power)
6. Pilih instal via Sd card 
7. Setelah proses instal custom ROM selesai, pilih restart HH
8. HH telah berhasil diinject CustomROM
9. Enjoy!

Begitulah kira-kira garis besar proses yang saya kerjakan untuk meng-inject CustomROM MIUI ke GalNot2. Jika kalian menemui masalah diantara proses di atas, boleh didiskusikan di sini. Saya akan coba membantu sebisa mungkin. Terimakasih.

Usefull Links :
http://id.techinasia.com/review-aplikasi-android-google-now-launcher/
http://www.kaskus.co.id/show_post/511532d120d719435b00000c/8839/
http://forum.xda-developers.com/showthread.php?t=2055827
http://en.miui.com/download.html

Sunday, July 20, 2014

Drawings That Will Make You Question Everything Wrong In The World


Pawel Kuczynski, a Polish artist has worked in satirical illustration specialising in thought-provoking images that make his audience question their everyday lives.
His subjects deal with everything from poverty to social media and politics. All of them have a very distinct message if you look closely enough…
































Taman Wisata Gunung Pancar

Saat liburan, traveler bisa sejenak menyendiri. Tak perlu jauh, di Babakan Madang, Bogor ada lokasi asyik untuk menyendiri. Dengan dikelilingi hutan pinus, Pemandian Air Panas Gunung Pancar pun seperti terisolasi dari dunia luar.


Nuansa sejuk hutan pinus akan menyapa ketika sampai traveler sampai di pintu gerbang wisata ini. Saat memasuki pintu gerbang kawasan hutan pinus Gunung Pancar, turis domestik akan dikenakan biaya Rp 2.000 per orang, turis asing Rp 5.000, serta motor dan mobil Rp 1.000,-


Tak cuma pemandian air panas, di Taman Wisata Gunung Pancar juga terdapat trek sepeda gunung, Sebex Bike Park. Kalau berminat, silakan gowes sepeda downhill Anda di trek ini.


Di bagian dalam pemandian air panas Gunung Pancar juga terdapat tempat untuk membeli oleh-oleh. Bangunannya pun terlihat sejuk karena terbuat dari kayu dan sekelilingnya masih banyak pepohonan.


Bagi Anda yang meninginkan suasana pribadi dan tenang, bisa berendam di kolam keluarga. Akan tetapi, Anda harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 25.000 per orang per jam atau Rp 100.000 per keluarga per jam.


Ruang kolam keluarga pemandian air panas Taman Wisata Gunung Pancar. Setiap kolam keluarga dikelilingi tembok batu. Jadi, antara pengunjung kolam satu dengan yang lainnya punya ruangan berbeda.


Air panas di kolam keluarga selalu diganti setelah dipakai oleh traveler oleh petugas. Air panas di kolam ini termasuk aman karena kandungan belerangnya sangat minim, sehingga tidak menimbulkan pusing dan bau belerang.


Selain ruang kolam pribadi, di sini juga ada kolam umum yang berada di area terbuka. Dari parkiran, traveler masih harus mengikuti jalan menurun dengan suasana yang lebih hijau.


Kolam umum dibagi menjadi kolam khusus wanita dan khusus pria. Untuk berenang di kolam umum, traveler tidak perlu membayar biaya tambahan. Ini karena traveler sudah diminta membayar tiket seharga Rp 10.000 per orang dan bisa mandi sepuasnya.


Ada juga kolam air panas khusus pria di pemandian umum. Beda dengan pemandian keluarga, di kolam umum traveler harus rela berbagi dengan pengunjung lainnya.

Sumber Desi/DetikTravel

Thursday, July 10, 2014

Cara Penyajian Makanan Terkejam

Seperti yang kita tahu, biasanya masakan selalu disajikan dalam kondisi digoreng atau dikukus, namun kali ini kita akan membahas beberapa makanan yang disajikan dengan sangat kejam dan mengerikan.

6. Ikizukuri, Jepang


Penyajiannya: setelah anda pesan, koki akan segera mengambil ikan segar, yang masih hidup, langsung disisik, dipotong-potong dalam kondisi masih bergerak-gerak, setelah dipotong-potong, langsung disajikan di depan anda, dengan masih menggelepar.

Ikizukuri, berarti 'disiapkan dalam keadaan hidup'. Untuk mempersiapkan makanan seperti ini  tentunya si koki harus benar-benar canggih dalam mempersiapkan makanan yang ada, ia harus bisa memotong-motong daging ikan tanpa membunuhnya! Terkadang beberapa koki yang sangat hebat dapat memotong sedemikian rupa, sehingga ia dapat memisahkan daging dan kemudian mengaturnya kembali agar tampak utuh, dalam kondisi si ikan masih menggelepar!

5. Ortolan, Perancis

Burung Ortolan adalah burung yang panjangnya enam inci dan beratnya sekitar 2 ons. Warnanya hijau zaitun dan kuning, dengan sentuhan merah di sana sini, sangat cantik. Penyajiannya: Burung ini ditangkap, matanya dibutakan dengan ditusuk, kemudian diberi makan paksa dalam sangkar yang sempit sampai tidak dapat bergerak, dan karena makanan paksa, badannya mengembang sampai dua atau empat kali lipat ukuran bisanya. Setelah dirasa cukup, burung ini akan ditenggelamkan dalam Armagnac (jenis minuman keras)

Setelah itu, burung ini disajikan dengan dibakar, dan dimasukkan kedalam mulut dalam kondisi kepala diluar. Yang anda tinggal lakukan adalah menggigitnya, sehingga kepalanya terlepas dan anda mengunyah tubuhnya lengkap dengan semua bagian, tulang dan jerohan lengkap!

4. Foie Gras, Perancis

"Foie Gras" ini berarti hati berlemak, dan hati ini biasanya diambil dari bebek atau angsa. Pada awalnya bebek atau angsa ini bebas bermain suka-suka, dan menikmati masa mudanya dengan penuh keceriaan dan kegembiraan, tapi sampai akhirnya di usia tertentu, mereka akan diberi makanan jagung secara paksa sampai hati (liver) mengembang enam kali lipat ukuran biasanya.

Cara memberi makanan paksa ini lumayan sadis, si bebek atau angsa, dimasukin pipa lewat mulutnya, terus campuran jagung dengan minyak dipaksa masuk ke dalam sistem pencernaannya, yang tentunya, lemak yang masuk ditumpuk di liver angsa. Nah.. selama si bebek atau angsa tadi dipaksa makan dengan cara sadis ini, dia dikandangi di kandang yang rapet dan nggak memungkinkan sama sekali si bebek atau angsa tadi bergerak!

3. Dojo Tofu, Jepang

Makanan ini dibuat dari tahu dan eel (semacam belut)
Penyajiannya: lumayan gampang, rebus air sampai panas, terus masukin tahu di dasarnya, segera tambahkan belut kecil ini. Dan cara mereka berusaha melarikan diri adalah dengan masuk dan memaksakan diri mereka ke dalam tahu yang masih adem tadi. Masalahnya, mereka cuman bisa bertahan sementara, karena ujung-ujungnya tahunya jadi panas juga kan? dan akhirnya ikan2 kecil ini matang bersamaan dengan tahu tadi! Akhirnya tahu tadi akan bolong-bolong gara-gara ikan yang tadi berusaha lari kesana kemari menyelamatkan diri.

Sayangnya, masakan ini luar biasa susah dibuatnya, jadi tidak segampang itu si ikan masih bisa selamat lari ke dalam tahu, telat satu detik aja, makanan ini harus diulang...

2. Feng Gan Ji, Tibet/Cina

Feng Gan Ji berarti "Ayam kering angin", jadi ayamnya dikeringin di angin!. Yang anda butuhkan? Ayam, pisau yang luar biasa tajam, plus koki yang berhati dingin.

Penyajiannya:
Kalo penyajiannya sih biasa, tapi cara persiapannya. Ayam dibelah perutnya hidup-hidup, diambil isi perutnya, dan diganti dengan berbagai macam bumbu. Setelah itu perutnya dijahit lagi, dan digantung gitu aja sampai kering! Kalo kokinya sudah ahli banget, ayamnya kadang masih hidup pas isi perutnya dibuang.

1. Keledai Segar, Cina


Penyajiannya: makanan yang disebut Huo Jia Lu (Keledai Hidup) ini disiapkan dengan cara, si keledai diikat kakinya, dan badannya ditidurkan, kemudian si 'chef' memotong-motong badan si keledai dan membagikan dagingnya pada saat si keledai berteriak-teriak kesakitan.

Ada lagi cara yang lebih sadis: Jiao Lu Rou (arti harfiah: Daging Keledai). Persiapannya mirip, tapi kali ini si keledai dikuliti dan akhirnya disiram dengan air panas mendidih sampai matang.

sumber : klik di sini

Monday, July 7, 2014

Melihat Positif Dalam Negatif

- untuk suami/isteri yang tidur berdengkur diwaktu malam
+ berarti dia tidur di samping kita, bukan orang lain

- untuk anak/adik kita yang mengomel kalo mencuci piring
+ berarti dia msh di rumah, tidak keluyuran di jalan-jalan

- untuk Pajak pendapatan yg musti kita bayar
+ berarti kita masih punya pendapatan/penghasilan sendiri.

- untuk pakaian kita yg makin lama makin ga muat
+ artinya kita masih cukup rejeki tuk makan

- untuk lantai rumah yg perlu kita pel tiap hari
+ setidaknya kita masih punya rumah untuk di pel

- untuk bisik-bisik tetangga
+ setidaknya kita masih bisa mendengar

- untuk timbunan pakaian yg musti kita cuci
+ setidaknya kita masih ada pakaian

- untuk kecapean setelah kerja seharian
+ setidaknya kita masih kuat bekerja

- untuk tempat parkir mobil yg jauh dari lift
+ setidaknya kita masih bisa berjalan

- untuk jam weker yg tiap pagi berbunyi
+ setidaknya kita masih hidup untuk meneruskan hari...

what about u ?

Sandal Jepit dan Sepatu

Disebuah toko sepatu di kawasan perbelanjaan termewah di sebuah kota , nampak di etalase sebuah sepatu dengan anggun diterangi oleh lampu yang indah. Dari tadi dia nampak jumawa dengan posisinya, sesekali dia menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memamerkan kemolekan designnya, haknya yang tinggi dengan warna coklat tua semakin menambah kemolekan yang dimilikinya.

Pada saat jam istirahat, seorang pramuniaga yang akan makan siang meletakkan sepasang sandal jepit tidak jauh dari letak sang sepatu.

Hai sandal jepit, sial sekali nasib kamu, diciptakan sekali saja dalam bentuk buruk dan tidak menarik, sergah sang sepatu dengan nada congkak.

Sandal jepit hanya terdiam dan melemparkan sebuah senyum persahabatan.

Apa menariknya menjadi sandal jepit ?, tidak ada kebanggaan bagi para pemakainya, tidak pernah mendapatkan tempat penyimpanan yang istimewa, dan tidak pernah disesali pada saat hilang, kasihan sekali kamu, ujar sang sepatu dengan nada yang semakin tinggi dan bertambah sinis.

Sandal jepit menarik nafas panjang, sambil menatap sang sepatu dengan tatapan lembut, dia berkata

Wahai sepatu yang terhormat, mungkin semua orang akan memiliki kebanggaan jika memakai sepatu yang indah dan mewah sepertimu. Mereka akan menyimpannya di tempat yang terjaga, membersihkannya meskipun masih bersih, bahkan sekali-sekali memamerkan kepada sanak keluarga maupun tetangga yang berkunjung ke rumahnya. Sandal jepit berhenti berbicara sejenak dan membiarkan sang sepatu menikmati pujiannya.

Tetapi sepatu yang terhormat, kamu hanya menemaninya didalam kesemuan, pergi ke kantor maupun ke undangan-undangan pesta untuk sekedar sebuah kebanggaan. Kamu hanya dipakai sesekali saja. Bedakan dengan aku. Aku siap menemani kemana saja pemakaiku pergi, bahkan aku sangat loyal meski dipakai ke toilet ataupun kamar mandi. Aku memunculkan kerinduan bagi pemakaiku. Setelah dia seharian dalam cengkeraman keindahanmu, maka manusia akan segera merindukanku. Karena apa wahai sepatu?. Karena aku memunculkan kenyamanan dan kelonggaran. Aku tidak membutuhkan perhatian dan perawatan yang spesial. Dalam kamus kehidupanku, jika kita ingin membuat orang bahagia maka kita harus menciptakan kenyamanan untuknya, Sandal jepit berkata dengan antusias dan membiarkan sang sepatu terpana.

Sepatu! Sahabatku yang terhormat, untuk apa kehebatan kalau sekedar untuk dipamerkan dan menimbulkan efek ketakutan untuk kehilangan. Untuk apa kepandaian dikeluarkan hanya untuk sekedar mendapatkan kekaguman. Sepatu mulai tersihir oleh ucapan sandal jepit.

Tapi bukankah menyenangkan jika kita dikagumi banyak orang, jawab sepatu mencoba mencari pembenaran atas posisinya..

Sandal jepit tersenyum dengan bijak Sahabatku! ditengah kekaguman sesungguhnya kita sedang menciptakan tembok pembeda yang tebal, semakin kita ingin dikagumi maka sesungguhnya kita sedang membangun temboknya

Dari pintu toko nampak sang pramuniaga tergesa-gesa mengambil sandal jepit karena ingin bersegera mengambil air wudhu. Sambil tersenyum bahagia sandal jepit berbisik kepada sang sepatu

Lihat sahabatku, bahkan untuk berbuat kebaikanpun manusia mengajakku dan meninggalkanmu

Sepatu menatap kepergian sandal jepit ke mushola dengan penuh kekaguman seraya berbisik perlahan Terima kasih, engkau telah memberikan pelajaran yang berharga sahabatku, sandal jepit yang terhormat.dikutip dari forum sebelah...

Brother & Sister

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.

Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!" Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.
Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik... hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?" Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku. " Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimimu uang." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana! "Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..." Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus
memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"

Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.." Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini." Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.

Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah, "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai

Anak Kecil Penjual Kue

Selesai berlibur dari kampung, saya harus kembali ke
Jakarta. Mengingat jalan tol yang juga padat, saya
menyusuri jalan lama. Terasa mengantuk, saya singgah
sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan,
seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun
muncul di depan.

"Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum.
Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi
penutup bakul kue jajanannya. "Tidak Dik, Abang sudah
pesan makanan," jawab saya ringkas. dia berlalu.

Begitu pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Lebih
kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi
menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri
sepertinya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu
saja.

"Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya
tenang ketika menghampiri meja saya.

"Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih,"
kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pergi, tapi
cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia
meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu
dia tanya, "Tak mau beli kue saya Bang, Pak... Kakak
atau Ibu." Molek budi
bahasanya.

Pemilik restoran itupun tak melarang dia keluar masuk
restorannya menemui pelanggan. Sambil memperhatikan,
terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat
betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah
atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun
orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.

Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus
pergi ke mobil. Anak itu saya lihat berada agak jauh
di deretan kedai yang sama. Saya buka pintu,
membetulkan duduk dan menutup pintu. Belum sempat saya
menghidupkan mesin, anak tadi berdiri di tepi mobil.
Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan kaca
jendela. Membalas senyumannya.

"Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlukan kue
saya untuk adik- adik, Ibu atau Ayah abang," katanya
sopan sekali sambil tersenyum.

Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan
menyelak daun pisang penutupnya.

Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul
perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet,
dan mengulurkan selembar uang Rp 20.000,- padanya.
"Ambil ini Dik! Abang sedekah... Tak usah Abang beli
kue itu." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan
meningkat mendadak.
Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan
terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima
deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya.

Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan.
Alangkah terperanjatnya saya melihat anak itu
mengulurkan Rp 20.000,- pemberian saya itu kepada
seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya. Saya
terkejut, saya hentikan mobil, memanggil anak itu.
"Kenapa Bang, mau beli kue kah?" tanyanya.

"Kenapa Adik berikan duit Abang tadi pada pengemis
itu? Duit itu Abang berikan ke Adik!" kata saya tanpa
menjawab pertanyaannya.

"Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau
dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja
mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa
duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih
banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis kerja orang
yang tak
berupaya, saya masih kuat Bang!" katanya begitu
lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan
hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya
berapa harga semua kue dalam bakul itu.

"Abang mau beli semua kah?" dia bertanya dan saya cuma
mengangguk. Lidah saya
kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja Bang...." Selepas
dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik,
saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima
kasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia hingga
hilang dari pandangan.

Dalam perjalanan, baru saya terpikir untuk bertanya
statusnya. Anak yatim kah? Siapakah wanita berhati
mulia yang melahirkan dan mendidiknya? Terus terang
saya katakan, saya beli kuenya bukan lagi atas dasar
kasihan, tetapi rasa kagum dengan sikapnya yang dapat
menjadikan kerjanya suatu penghormatan. Sesungguhnya
saya kagum dengan sikap anak itu. Dia menyadarkan
saya, siapa kita sebenarnya.

Alergi Hidup

Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya : "Guru, saya sudah bosan hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati".

Sang Guru tersenyum : "Oh, kamu sakit".

"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati".

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan : "Kamu sakit. Penyakitmu itu bernama "Alergi Hidup". Ya, kamu alergi terhadap kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir
terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita".

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku", kata sang Guru.

"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup lebih lama lagi", pria itu menolak tawaran sang Guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati ?", tanya Guru.

"Ya, memang saya sudah bosan hidup", jawab pria itu lagi.

"Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini... Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan tenang".

Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai ! Tinggal satu malam dan satu hari ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu". Sekali lagi, karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis.

Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat dua cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali dan berkata : "Sayang, apa yang terjadi hari ini ? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku sayang".

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Bos kita kok aneh ya ?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya sambil berkata : "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu". Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan : "Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami".

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi dan berkata : "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan".

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah
sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP !

Jangan Terlambat


"Setelah 21 tahun menikah, saya tiba-tiba menemukan cara baru dalammenyalakan api cinta kami. Api yang muncul tak terduga, dari orang-orang yang begitu berharga, tapi jarang saya sadari kehadirannya,karena terlalu terbiasa."

Beberapa waktu lalu istri saya mengusulkan agar saya berkencan denganseorang perempuan lain, besok malam. "Kamu akan mencintainya, " kataistri. "Apa-apaan sih," protes saya.

"Mengapa kamu tidak ikut?"

"Itu acara kamu berdua dengan dia," jawab istri.

Perempuan yang dimaksudnya adalah ibu saya yang telah menjanda selama19 tahun belakangan ini. Saya jarang menemuinya karena kesibukankerja dan mengurus tiga anak kami. Malam itu saya telepon ibu,mengajaknya makan malam dan nonton film. Berdua saja.

"Ada apa dengan istrimu?" kata ibu dari ujung telepon.

Ibu saya adalah tipe yang selalu curiga kalau menerima telepon ditengah malam atau undangan yang datangnya tiba-tiba. Bagi dia, itupasti akan membawa berita buruk. "Saya pikir, pasti akan menyenangkankalau kita sekali-sekali ke luar berdua saja," jawab saya. "Ibu mausekali," jawabnya setelah terdiam beberapa lama. Aha, dia masihcuriga.

Besok malam, sepulang kantor saya ke rumah ibu. Dia terlihat agaksenewen tapi berdandan resmi sekali. Ibu jelas telah menata rambutnyadi salon, dan dia memakai gaunnya yang terbaik. Gaun yang dipakaipada pesta ulang tahun perkawinan yang terakhir ketika ayah masihhidup.

Ibu menyambut saya dengan senyum lebar.

"Saya bilang ke kawan-kawan tentang rencana kita ini. Mereka semuakaget dan merasa ikut senang seperti ibu sekarang," kata ibu serayamasuk mobil. "Mereka bilang besok pagi ingin tahu ceritanya."

Kami pergi ke restoran yang agak mahal. Suasananya elegan,menyenangkan.Ibu menggandeng lengan saya ketika memasuki ruangan, persis sepertifirst lady. Jalannya anggun.

Saya harus membacakan daftar menu karena ibu tak bisa lagi membacanyawalau dengan kacamata tebal.Ketika sedang membaca daftar itu, saya berhenti sejenak menengok keibu.

Dia sedang memandangi saya dengan senyum kasih..

"Dulu, ibu yang membacakan kamu daftar menu ketika kau masih kecil"katanya. "Sekarang ibu santai saja. Giliran saya yang melayani ibu,"jawab saya.

Sambil makan, kami membincangkan banyak hal sehari-hari.Tidak ada topik yang istimewa tapi obrolan mengalir saja sampai-sampai kami terlambat untuk menonton film.

Mengantarnya pulang, di muka pintu ibu berkata, "Ibu mau pergi lagidengan kamu, tapi lain kali ibu yang bayar." Saya setuju.

"Bagaimana kencanmu?" tanya istri saya di rumah.

"Sangat menyenangkan. Lebih dari yang saya duga. Tadinya tidak tahumau ngomongin apa."

Beberapa hari kemudian, ibu meninggal karena serangan jantung.Begitu tiba-tiba kejadiannya, saya tidak sempat berbuat apa-apa untukmenolongnya.

Satu minggu berlalu, sepucuk surat tiba dari restoran tempat ibu dansaya makan malam. Surat itu dilampiri kopi tanda lunas.

Ada selembar kertas diselipkan di situ, bertuliskan:
"Ibu sudah bayar makan malam kita karena rasanya tak mungkin kitamakan bersama lagi. Walaupun begitu, ibu sudah bayarkan untuk duaorang, barangkali untuk kau dan istrimu. Anakku, besar sekali artiundanganmu malam itu."

Pada detik itulah saya mengerti apa pentingnya arti bahwa kitamengatakan kepada orang-orang yang kita sayangi mengenai perasaankita itu..

Mengatakan pada orang yang kita sayangi bahwa kita sungguhmencintainya, selagi kita sempat.

Karena itu, katakanlah cinta, jangan pernah menunggu nanti..Siapa tahu, ketika cinta itu kita tahan, saat akan mengucapkan, sudahterlambat.. seseorang yang istimewa itu sudah tidak ada lagi..

Good and Evil : Bab 2

Bab 2 Kemaren anda baru saja menolak orang yg menawarkan produk kesehatan kpd anda. Sekarang anda jatuh sakit, apakah dia akan merasa kasihan?

Good and Evil : Bab 1

Bab 1 Teng, teng, teng, teng... ada kebakaran! Jika anda adalah orang yang menonton kebakaran, apakah anda merasa senang, atau sedih?

Sunday, July 6, 2014

Nice Couple, Bad Marriage..?!

Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur. Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah. Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikit pun. Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.

Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.

Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.

Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman.

Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan. Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik. Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?

Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan-lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini. Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri. Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.

Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia. Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata, "istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!
Dengan mimik tidak senang saya berkata, "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di-pel ?"
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu kepada ayah.

Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya. Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya, Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.

Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. Cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia.
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu. Saya bertanya pada suamiku, "Apa yang kau butuhkan?"
"Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apalah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku!" ujar suamiku.
"Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakaianmu?" dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya. Semua itu tidak penting-lah! ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku. Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.

Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku, Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku. Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.

Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki. Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.

Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup. Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota

Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.
Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.

Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.
Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua.
Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.

Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.

The Snows Have Fled

The snows have fled, already the grass returns to the fields and leaves return to the trees.
 Earth is turning her changes, the rivers flow less strongly.

Grace along with her Nymphs and twin sisters ventures naked to lead her bands of dancers. 
"Hope for immortality not", warn the year and the hour that steal the nourishing day.

The Zephyr lessens the cold, the Summer tramples the Spring only to be overturned as soon as fruit-bearing Fall has poured forth its crops, and soon dead winter returns again.

Swift moons heal the heavenly damage but we, when we have gone down where good Aeneas, where rich Tullus and Arcus have gone, we are dust and shade.

Who knows if the gods will add tomorrow's time to our sum? The only thing that escapes your heir's grasping hands will be what you've added to your soul.

When once you've died and Minos has given his distinguished judgment, nothing, Torquatus not birth nor eloquence nor goodness will restore your life.

For Diana can't release good Hippolytus from the darkness, nor has Theseus the power to burst the chains of his dear Perithos

Horace






Membeli Waktu

Pinjam Rp 5,000 pa !!
Membeli kebahagiaan dengan segepok uang, cukupkah ???? Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya
Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya. Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"
"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?" "Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"
Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya...
"Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong..."
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew.
Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp.5.000,- enggak ?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."
"Tapi Papa... "
Kesabaran Andrew pun habis. Papa bilang "tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah.
Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah.
"Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew.
"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini"
"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.
"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" jawab Sarah polos.
Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru sambil meneteskan air mata. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk membeli kebahagiaan anaknya. Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya.
~"oOo"~

Prinsip 90/10 by : Stephen Covey

Bagaimana prinsip 90/10 itu ?

- 10% dari hidup anda terjadi karena apa yang langsung anda alami.
- 90% dari hidup anda ditentukan dari cara anda bereaksi.

Apa maksudnya ?
Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari kondisi yang terjadi pada diri
anda.

Contohnya :
Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan
hal ini akan membuang seluruh schedule anda. Kemacetan telah menghambat
seluruh rencana anda. Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini.
Tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat mengontrol yang 90% ini.
Bagaimana caranya ? . Dari cara reaksi anda !!
Anda tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi anda dapat mengontrol
reaksi anda.

Marilah kita lihat contoh dibawah ini :

Kondisi 1
Anda makan pagi dengan keluarga anda. Anak anda secara tidak sengaja
menyenggol cangkir kopi minuman anda sehingga pakaian kerja anda tersiram
kotor. Anda tidak dapat mengendalikan apa yang baru saja terjadi.
Reaksi anda :
Anda bentak anak anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian anda. Anak
anda akhirnya menangis. Setelah membentak, anda menoleh ke istri anda dan
mengkritik karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu pinggir
diujung meja.

Akhirnya terjadi pertengkaran mulut. Anda lari ke kamar dan cepat-cepat
ganti baju. Kembali ke ruang makan, anak anda masih menangis sambil
menghabiskan makan paginya. Akhirnya anak anda ketinggalan bis.
Istri anda harus secepatnya pergi kerja. Anda buru-buru ke mobil dan
mengantar anak anda ke sekolah. Karena anda telat, anda laju mobil dengan
kecepatan 70 km/jam padahal batas kecepatan hanya boleh 60 km/jam.
Setelah terlambat 15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp 600.000,-
karena melanggar lalu lintas, akhirnya anda sampai di sekolah. Anak anda
secepatnya keluar dari mobil tanpa pamit..

Setelah tiba di kantor dimana anda telat 20 menit, anda baru ingat kalau
tas anda tertinggal di rumah.

Hari kerja anda dimulai dengan situasi buruk. Jika diteruskan maka akan
semakin buruk. Pikiran anda terganggu karena kondisi di rumah.
Pada saat tiba di rumah, anda menjumpai beberapa gangguan hubungan dengan
istri dan anak anda.

Mengapa ? Karena cara anda bereaksi pada pagi hari.
Mengapa anda mengalami hari yang buruk ?*
1. Apakah penyebabnya karena kejatuhan kopi ?
2. Apakah penyebabnya karena anak anda ?
3. Apakah penyebabnya karena polisi lalu lintas ?
4. Apakah anda penyebabnya ?
Jawabannya adalah No. 4 yaitu penyebabnya adalah anda sendiri !!
Anda tidak dapat mengendalikan diri setelah apa yang terjadi pada cangkir
kopi. Cara anda bereaksi dalam 5 detik tersebut ternyata adalah penyebab
hari buruk anda.

Berikut adalah contoh yang sebaiknya atau seharusnya anda sikapi.

Kondisi 2
Cairan kopi menyiram baju anda. Begitu anak anda akan menangis, anda
berkata lembut : "Tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya." Anda
ambil handuk kecil dan lari ke kamar. Setelah mengganti pakaian dan
mengambil tas, secepatnya anda menuju jendela ruang depan dan melihat
anak anda sedang naik bis sambil melambaikan tangan ke anda. Anda
kemudian mengecup lembut pipi istri anda dan mengatakan : "Sampai jumpa
makan malam nanti."

Anda datang ke kantor 5 menit lebih cepat dan dengan muka cerah menegur
staff anda. Bos anda mengomentari semangat dan kecerahan hari anda di
kantor.

Apakah anda melihat perbedaan kedua kondisi tersebut ?

2 (dua) skenario berbeda, dimulai dengan kondisi yang sama, diakhiri
dengan kondisi berbeda. Mengapa ?

Ternyata penyebabnya adalah dari cara anda bereaksi !
Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari yang sudah terjadi. Tetapi yang
90% tergantung dari reaksi anda sendiri.

Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10. Jika ada orang yang
mengatakan hal buruk tentang anda, jangan cepat terpancing. Biarkan
serangan tersebut mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan
komentar buruk tersebut mempengaruhi anda.

Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka akan menyebabkan anda:
kehilangan teman, dipecat, stress dan lain-lain yang merugikan.

Bagaimana reaksi anda jika mobil anda mengalami kemacetan dan terlambat
masuk kantor ? Apakah anda akan marah ? Memukul stir mobil ? Memaki-maki?

Apakah tekanan darah anda akan naik cepat ?
Siapa yang peduli jika anda datang telat 10 detik ? Kenapa anda biarkan
kondisi tersebut merusak hari anda ?

Cobalah ingat prinsip 90/10 dan jangan khawatir, masalah anda akan cepat
terselesaikan.

Contoh lain :
- Anda dipecat.
Mengapa anda sampai tidak bisa tidur dan khawatir ?
Suatu waktu akan ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang
karena kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.

- Pesawat terlambat.
Kondisi ini merusak seluruh schedule anda. Kenapa anda marah-marah kepada
petugas tiket di bandara ? Mereka tidak dapat mengendalikan terhadap apa
yang terjadi. Kenapa harus stress ? Kondisi ini justru akan memperburuk
kondisi anda. Gunakan waktu anda untuk mempelajari situasi, membaca buku
yang anda bawa, atau mengenali penumpang lain.

Sekarang anda sudah tahu prinsip 90/10. Gunakanlah dalam aktivitas harian
anda dan anda akan kagum atas hasilnya. Tidak ada yang hilang dan
hasilnya sangat menakjubkan.

Sudah berjuta-juta orang menderita akibat stress, masalah berat, cobaan
hidup dan sakit hati yang sebenarnya hal ini dapat diatasi jika kita
mengerti cara menggunakan prinsip 90/10.

NIKMATILAH HIDUP INI !!